“The International” Green Canyon

Toska -Sesuai namanya, Green Canyon dialiri sungai berwarna kehijauan.


Saya gampang penasaran dengan tempat yang sedikit-sedikit memakai nama internasional. Bandung, Paris Van Java. Se ‘Paris’ apa sih? Baluran, The Little Afrika. Seliar apa sih alamnya? Atau Green Canyon? Sungai dengan tebing kehijauan ala Amerika?

Menyebut wisata lokal dengan embel-embel nama ‘luar negeri’ ada untungnya: membantu calon pengunjung membayangkan seindah apa tempat itu. Mungkin. Ah, untung saja nggak semua nama destinasi wisata dinamai begitu. Coba kalau lokasi menyelam sekeren Sabang dinamai: Sabang, The Carribean bla bla bla.

Tapi saya pikir, mumpung segala ala-ala luar negeri itu masih bisa saya datangi di negeri sendiri, kenapa harus jauh-jauh?

Pergilah saya ke Grand Canyon ala Indonesia, Green Canyon di Pangandaran. Saya mau buktikan penamaan yang internasional itu mestinya punya sensasi petualangan seinternational namanya. Apalagi foto-foto Green Canyon di internet yang saya dapatkan kayaknya nggak mengecewakan.

Tengah hari saya sampai di gerbang masuk Green Canyon. Hampir saja saya ragu dengan air sungai yang mestinya banyak jeram, lah kok ternyata tenang begini? Mau mancing?

Setelah oke dengan tawaran berbagai paket petualangan -yang saya kira sama aja-  naiklah saya ke perahu lengkap dengan nahkodanya, Kang Alan. Kita melawan arus menuju hulu sungai.

Dan, Ah! Gila! Baru lima menit menyusur sungai, sungainya semakin hijau! Tebingnya juga! Alam toh lebih tahu bagaimana mengedit warnanya sendiri.

Perahu berhenti di bibir jeram terluar. Tepat di bawah tebing serupa mulut gua. Belum apa-apa saya sudah basah gara-gara air yang menetes sederas gerimis  dari langit-langit gua.

Mood petualangan sangat kuat di sini. Kita dibekali pelampung. Yah, malu sih sebenarnya dengan bule luar yang berenang cuma pakai celana tok. Di jeram pertama, ada tali yang dibentangkan ke sisi tebing yang lain. Kita menyeberang melawan arus dengan berpegangan di tali itu.

Kang Alan membantu menunjukkan arus mana yang bisa dilawan. Sepele sih, tapi masih ada juga yang kebawa arus. Haha.

Jeram sungai mengeluarkan suara arus yang kuat. Sebentar-sebentar air bercucuran dari stalagtit kecil di tebing sungai. So Adventurous!

Aktifitas menantang di sini adalah lompat dari batu jamur. Biar sudah pakai pelampung nggak semua pengunjung berani terjun bebas ke air sungai. Apalagi gemuruh air sungai yang ‘menakut-nakuti’.

Perjuangan melawan arus sungai belum selesai. Kang Alan menunjukkan, katanya, ada Pemandian Putri juga di ujung jeram. Arus yang tadi masih manja sekarang jadi perkasa. Semuanya berbanding lurus dengan tebing yang semakin ke hulu semakin unik.

Biasanya tempat-tempat yang diberi nama putri itu bagus. Dan akhirnya saya paham mengapa kolam alami yang menempel di dinding tebing itu dinamai demikian. Putri mana yang menolak mandi di tempat sekeren ‘infinity pool’ alami? Haha.

Sungai kehijauan ini benar-benar nggak bikin kecewa. Bersih! Dinding tebing yang terukir alami itu juga ada yang warnanya kuning keemasan. Lumut dan akar pohon menempel liar di tebing-tebing sungai. Jadi, bolehlah Green Canyon menjadi selevel dengan namanya yang internasional. Selain karena body raftingnya yang seru, saya kira tempat ini memang layak dikunjungi lebih dari sekali.

0 komentar:

Post a Comment